see........................ http://www.youtube.com/watch?v=BPd2CxnxxrM

see

http://www.dovesay's.blog.spot.com.............. Bapa ku yang ada disorga dan aku percaya selalu ada di dalam hatiku.......................................... aku mohon....................... jangan pernah tingalkan aku walaupun sedetik pun............... bantu aku biar selalu semangat.............. an penuh senyum dalam jiwaku untuk menghadapi hariku..................... dan bisa belajar kasih................... Aminnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn..................

Senin, 30 November 2009

Diposting oleh Oneng dove

bahan dr @rchive
Pengertian Appendiksitis

Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks veriformis atau umbai cacing jenis yang akut dan merupakan penyebab umum dari abdomen akut.(Mansjoer Arif, 2000. )

Appendisitis adalah Infeksi pada appendik. ( Inayah Iin, Skp, 2004. hal )

Appendisitis adalah peradangan appendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. ( Sylvia anderson price, 2005 )

Anatomi dan fisiologi

Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan mempersiapkan untuk diasimilasi oleh tubuh . Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring, oesofagus, lambung, dan usus halus yang terdiri dari duedonum, yeyunum dan ileum, usus besar : seikum, appendiks, colon desenden , colon tranversum, colon sigmoid, rectum, anus .

1. Anatomi Apendiks yaitu Merupakan organ berbentuk tabung , panjang kurang lebih 10 cm dan berpangkal diseikum lumennya sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal apendiks dilapisi oleh lapisan sub mukosa yang mengandung banyak jaringan limfe. Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular . Pada posisinya yang normal apendiks terletak pada dinding abdomen kuadran kanan bawah dibawah titik Mc Burney.
2. Fisiologi Apendiks yaitu Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke seikum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis. Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT ( Gut Associated Lymphoid Tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

Klasifikasi Appendesitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :

1. Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak.
2. Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada dinding perut.
3. Apendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.
4. Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang kurang perawatannya dan kuman cukup ganas sehingga menimbulkan abses.

Appendisitis disebabkan oleh :

1. Fekalit
2. Streptococcus
3. Cacing ascariasis
4. Hyperplasia jaringan limfe
5. Trauma daerah abdomen
6. Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan mengadakan perangsangan terhadap pembuluh darah. ( arif mansjoer, 2000,hal 308)

Patofisiologi
Obstruksi pada appendiks mengakibatkan mucus yang produksi mukus terbendung, makin lama makin banyak dan menekan dinding appendiks menjadi edema dan merangsang tunika serosa dan perineum visceral, oleh karena persyarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan sakit disekitar umbilicus. Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri dan menjadi nanah kemudian timbul gangguan aliran vena peradangan meluas mengenai peritoneum parietal setempat sehingga menimbulkan rasa sakit pada perut kanan bawah, sekresi mucus terus berlangsung dan tekanan intra lumen yang meningkat dan melalui dinding appendiks yang ganggren terjadi perforasi dan akumulasi pus di lumen keluar ke intra peritoneal, nyeri bertambah dan klien nyeri perut kanan bawah kemudian keseluruh abdomen (mansjoer arif,2000. hal 307).

Tanda dan gejala
Gejala klinis pada appendisitis adalah nyeri perut. Pada mulanya nyeri perut ini hilang timbul seperti kolik dan terasa disekitar umbilicus, bila penderita platus atau BAB rasa sakitnya akan berkurang, bila proses radang telah menjalar ke peritonium parietal setempat, maka akan timbul nyeri local pada perut kanan bawah daerah Mc Burney bila terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit ynag hebat diseluruh perut. Anoreksi hampir selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas.

Biasanya terjadi konstipasi tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang appendiks dekat rectum sering terjadi diare. Gejala umum lainnya adalah demam mula-mula demam tidak begitu tinggi tetapi menjadi hiperpireksi bila terjadi perforasi.

Pemeriksaan fisik
Sikap dan posisi penderita sudah menunjukkan kearah ke curigaan kalau disuruh bergerak ia akan melakukannya dengan hati-hati karena takut sakit. Pergerakan dinding perut sebelah kanan mungkin tertinggal dari yang kiri.
Pengukuran suhu akan menunjukan angka sekitar 37-38 derajat celcius perbedaan suhu ketiak dan rectal lebih dari 1 derajat celcius akan menyokong diagnosis.
Pemeriksaan pada perut akan menunjukkan nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri ketok,” defence musculair” setempat nyeri kontra lateral ( tanda Rovsing: menekan perut kiri kebawah maka yang sakit perut kanan bawah ). Tes Psoas kanan positif ( rasa sakit bila dengan fleksi pada lutut dan panggul tungkai atas kanan diendo rotasikan ).
Rectal toucher penting untuk membedakan kelainan pelvis yang lain.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi.
2. Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal, kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis.
3. Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah diafragma menunjukan adanya perforaasi.

Penatalaksanaan

* Appendisitis infiltrat.
o Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
o Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat – obatan )

* Appendisitis akut :Appendektomi.
* Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.

Penatalaksanaan Appendektomi.

1. Tindakan pre operative berupa Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan penderita. Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.
2. Tindakan operatif Appendektomi.
3. Tindakan post operatif berupa Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syok hyperemi dan gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal, kemudian berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan penderita boleh pulang. Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk mencegah terjadinya infeksi.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling ketergantungan satu dengan lainnya dan bersifat dinamis dan disusun secara sisematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ketahap yang lain.

Pengkajian
Pengkajuan adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek maupun obyek, adapun tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien. Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain :

* Mengumpulkan tentang data pasien. Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari data – data biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan aspek spiritual biasanya data dasar ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak dengan pasien. Sedangkan data yang difokuskan kepada pasien masalah kesehatan pada saat itu adalah (Marylin E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C Geissler. 1999) :
o Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise.
o Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi.
o Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus.
o Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis.
o Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
o Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dengan tulang ileum kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendisitis ). Kalau berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter ) dengan tanda perilaku berhati-hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal.
o Keamanan tandanya demam (biasanya rendah).
o Pernafasan tandanya takipnea, pernapasan dangkal.
o Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.
* Memfokuskan data yaitu berupa data yang bermasalah, Data yang telah difokuskan segera dianalisa sehingga didapati kesimpulan yang dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan.
* Menganalisa data

Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa, diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami klien. Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi atau mengurangi masalah tersebut. Berdasarkan rumusan masalah diagnosa keperawatan yang biasanya sering dijumpai paa penderita appendesitis akut pre dan post operasi adalah :

* nyeri akut berhubungan dengan adanya peradangan pada appendiks.
* Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan efek anestesi immobolisasi post operasi dan nyeri abdomen pada luka operasi. (monica ester ,2001hal 166).
* Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya penjelasan, mis interpretasi informasi dan tidak familiar dengan sumber informasi.
* Resiko terjadi defisit volume cairan berhubungan dengan anoreksia, muntah dan tidak minum pada keadaan sebelum dan sesudah operasi .
* Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh , adanya perforasi pada appendiks , peritonitis timbulnya abses dan prosedur pembedahan.

Perencanaan keperawatan
Perencanaan Keperawatan yaitu saat menentukan rencana asuhan keperawatan disesuaikan dengan urutan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritas.

* Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah,. Kemungkinan dibuktikan oleh laporan nyeri, wajah mengkerut otot tegang, perilaku distraksi respon otomatis, dengan hasil / tujuan yang diharapkan keadaan nyeri hasil/berkurang dengan kriteria hasil tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat. Dengan rencana tindakan : kaji tingkat nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik beratnya (skala 0-10 ), selidiki dan laporkan perubahan nyeri yang tepat. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler, dorong ambulasi dini, berikan aktivitas hiburan. Kolaborasi pertahankan puasa/persiapan NG pada awal , berikan analgesik sesuai indikasi, berikan kantong es pada abdomen.
* Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan peningkatan ekspansi paru, neuromuscular, efek anastesi, immobilisasi post operasi dan nyeri abdomen pada luka operasi ditandai dengan perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan , pengurangan kapasitas vital, apnea, sianosis, pernapasan yang gaduh. Dengan kriteria yang diharapkan menetapkan pola napas yang normal, efek dan bebas dari sianosis atau tanda – tanda hipoksia lainnya . Dengan rencana tindakan/intervensi pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral, auskultasi suara napas. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan pantau tanda – tanda vital, letakkan pasien pada posisi yang sesuai observasi pengembalian fungsi otot, terutama otot pernapasan, lakukan gerak sesegera mungkin, observasi terjadinya samnolen yang berlebihan, lakukan pengisapan lendir jika diperlukan. Kolaborasi dalam pemberian oksigen , obat-obatan, alat bantu pernapasan.
* Kurang pengetahuan tentang kondisi , prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya penjelasan, mis interpretasi informasi dan tidak familiar dengan sumber infomasi ditandai dengan pertanyaan informasi, menyatakan masalah/perhatian, menyatakan salah konsepsi tidak tepat mengikuti instruksi, komplikasi yang dapat dicegah. Dengan hasil yang diharapkan menyatakan pemahaman proses penyakit pengobatan dan potensial komplikasi, berpartisipasi dalam pogram pengobatan. Dengan rencana tindakan / intervensi; Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, dorong aktivitas sesuai dengan toleransi berikan penjelasan sesuai yang diperlukan.
* Resiko terjadi defisit volume cairan berhubungan dengan anoreksia muntah dan tidak minum pada keadaan sebelum dan sesudah operasi ditandai dengan muntah pre operasi, pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik, inflamasi peritoneum dengan cairan asing. Hasil yang diharapkan mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil dan secara individual haluaran urin adekuat ,dengan rencana tindakan/intervensi monitor vital sign, lihat membran mukosa kaji turgor kulit dan pengisian kapiler awasi pemasukan dan pengeluaran, catat warna urine, konsentrasi , berat jenis , auskultasi bising usus, berikan cairan oral dan cairan IV dan elektrolit.
* Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh , adanya perforasi pada appendiks , prosedur invasif, insisi bedah yang ditandai dengan adanya luka operasi. Hasil yang diharapkan meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/inflamasi drainase purulen , demam. Rencana tindakan /intervensi yang dilakukan, awasi tanda – tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat perubahan mental meningkatnya nyeri abdomen, lakukan pencucian yang baik dan perawatan luka aseptic dan antiseptik, berikan perawatan paripurna , lihat insisi dan balutan catat karakteristik drainase luka, berikan informasi yang tepat jujur pada pasien/orang terdekat. Kolaborasi berikan antibotik sesuai dengan indikasi.

Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik, melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan – tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.

Evaluasi
Evaluasi Merupakan Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan ( La ode gaffar, 1997 : 50 ). Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan. Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang.

Diposkan oleh abangku di 03:47 0 komentar
Konsep Dasar teori Abses Hepar
Pengertian abses Hepar
Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi (kamus Kedokteran, 1997).

Etiologi

1. Salmonella Thypi
2. Entamoeba Hystolytica
3. Streptokokus
4. Escherichia Coli

Patofisiologi
Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat menjadi rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang yang berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis. Hati tampak membengkak dan daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat yang berwarna merah tua. Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit perubahan meskipun tidak ditemukan amoeba. Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali bila ada infeksi tambahan.

Gejala-gejala
Gejala yang ditemukan pada abses hepar umumnya adalah demam, berat badan menurun, rasa lemah, nyeri kuadran kanan atas, mual, muntah dan anoreksia.

Komplikasi
Pada umumnya dapat berupa perforasi abses ke berbagai rongga tubuh dan ke kulit seperti ke pleura, bronkus, peritoneum, otak.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium yaituUntuk mengetahui keadaan hemoglobin, leukosit dan faal hati.
2. Foto dada yaitu untuk didapatkan peninggian kubah diafragma kanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
3. Foto polos abdomen yaitu untuk Kelainan dapat berupa gambaran ileus, hepatomegali atau gambaran udara bebas di atas hati.
4. Ultrasonografi yaitu untuk Mendeteksi apakah ada kelainan traktus bilier dan diafragma.
5. Tomografi kompeter yaitu untuk Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
6. Pemeriksaan serologi yaitu untuk Menunjukan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
7. Pengobatan yaitu untuk Pengobatan dilakukan dengan dua terapi yaitu terapi medik dan terapi bedah.

o Terapi medik yaitu Dengan pemberian antibiotik, untuk gram positif diberi Penisilin atau sefalosporin dan untuk gram negatif diberi Metronidazol, Clindamisin atau Kloramfenikol.
o Terapi bedah yaitu Bila terapi medik tidak memberi respon maka perlu dilakukan pembedahan terbuka yaitu laparatomi. Laparatomi dilakukan untuk membersihkan hepar dari pus (nanah) dan dilakukan pemasangan drainage untuk membersihkan sisa-sisa pus yang masih tertinggal.

Konsep Keperawatan

Pengkajian
Berdasarkan Marilynn E. Doenges tentang Serosis Hepatis, meliputi :

1. Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, letargi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, disritmia, bunyi jantung ekstra, distensi vena abdomen.
3. Eliminasi, menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat.
4. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan atau peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
5. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak jelas.
6. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas, pruritus, perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada diri sendiri.
7. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
8. Keamanan, menunjukkan adanya pruritus, demam, ikterik, ekimosis, petekie, angioma spider, eritema.Seksualitas, menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impoten, atrofi testis.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ini juga berdasarkan Marilynn E. Doenges tentang Serosis Hepatis, meliputi :

1. Kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : lebih berhubungan dengan pemasukan yang berlebihan, edema.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi, penimbunan garam metabolik.
4. Pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan asites, akumulasi sekret, penurunan ekspansi paru, kelemahan.
5. Risiko tinggi cedera terhadap hemoragi berhubungan dengan adanya profil darah abnormal, hipertensi portal.
6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan kadar amonia serum, katidakmampuan hati untuk detoksifikasi.
7. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik.
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber informasi.

Perencanaan
Perencanaan berdasarkan Marilynn E. Doenges tentang Serosis Hepatis, yaitu :

* Kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah.

* Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara optimal.
o Intervensi :
+ Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
+ Timbang berat badan secara kontinyu. Bentuk dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan tipe diet.
+ Beri pasien makan bila pasien mudah lelah, atau biarkan orang terdekat membantu pasien.
+ Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
+ Berikan makanan sedikit dan sering.
+ Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu, terlalu panas dan terlalu dingin.
+ Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi.
+ Tingkatkan perode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan.
+ Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein, amonia.

* Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : lebih berhubungan dengan pemasukan yang berlebihan, edema.

* Tujuan : Cairan dan elektrolit seimbang.
o Intervensi :
+ Ukur masukan dan keluaran.
+ Timbang berat badan tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari.
+ Awasi TD dan CVP.
+ Auskultasi paru, catat penurunan/tak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan (contoh,krekels).
+ Awasi distritmia jantung. Auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama gallop S3/S4.
+ Kaji derajat perifer/edema dependen.
+ Dorong untuk tirah baring bila ada asites.
+ Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium).
+ Awasi seri foto dada.
+ Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
+ Berikan obat diuretik.

* Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi, penimbunan garam metabolik.

* Tujuan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
o Intervensi :
+ Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin.
+ Pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan terus menerus, dan gunakan losion minyak.
+ Ubah posisi secara teratur.
+ Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif.
+ Tinggikan ekstremitas bawah.
+ Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan.

* Pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan asites, akumulasi sekret, penurunan ekspansi paru, kelemahan.

* Tujuan : Pola napas kembali efektif.
o Inervensi :
+ Awasi frekuensi, dan kedalaman pernapasan.
+ Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronki.
+ Selidiki perubahan tingkat kesadaran.
+ Pertahankan kepala tempat tidur tinggi.
+ Ubah posisi dengan sering.
+ Dorong napas dalam,latihan dan batuk
+ Awasi suhu. Catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan warna/karakter sputum.
+ Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.

* Risiko tinggi cedera terhadap hemoragi berhubungan dengan adanya profil darah abnormal, hipertensi portal.

* Tujuan : Cedera terhadap hemoragi tidak terjadi.
o Intervensi :
+ Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-gejala pendarahan GI, contoh periksa semua sekresi untuk adanya darah warna coklat atau samar.
+ Observasi warna dan konsistensi fases, atau muntah.
+ Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih.
+ Awasi tanda-tanda vital.
+ Catat perubahan mental/tingkat kesadaran.
+ Awasi Hb/Ht dan faktor pembekuan.
+ Berikan vitamin tambahan.

* Perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan kadar amonia serum, katidakmampuan hati untuk detoksifikasi.

* Tujuan : Proses pikir tidak berubah.
o Intervensi :
+ Obsevasi perubahan perilaku dan mental, contoh letargi, bingung, cenderung tidur, bicara lambat/tak jelas, dan peka rangsang (mungkin hilang timbul). Bangunkan pasien pada interval sesuai indikasi.
+ Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan mental pasien.
+ Orientasi kembali pada waktu, tempat, orang sesuai kebutuhan.
+ Pertahankan kenyamanan, lingkungan tenang dan pendekatan lambat, kegiatan tenang. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.
+ Kurangi rangsangan provokatif, bertentangan.
+ Hindari aktivitas memaksa.
+ Kaji potensial terhadap perilaku merusak.
+ Pertahankan tirah baring,
+ Bantu aktivitas perawatan diri.
+ Hindarkan penggunaan narkotik atau sedatif, tranquilizer, dan batasi penggunaan obat yang di metabolisme oleh hati.
+ Awasi pemeriksaan labooratorium contoh amonia, elektrolit, pH, BUN, glukosa, darah lengkap dengan diferensial.
+ Bebaskan atau batasi diet protein. Berikan tambahan glukosa, hidrasi adekuat.

* Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik.

* Tujuan : Gangguan harga diri/citra tubuh tidak terjadi.
o Intervensi :
+ Diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah.
+ Jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit.
+ Dukung dan dorong pasien; berikan perawatan dengan positif, perilaku bersahabat.
+ Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaan, berkunjung/berpartisipasi pada perawatan.
+ Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan.

* Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber informasi.

* Tujuan : Pengetahuan klien bertambah setelah diberi penjelasan.
o Intervensi :
+ Kaji ulang proses penyakit/prognosis dan harapan yang akan datang.
+ Informasikan pasien tentang efek samping obat.
+ Tekankan pentingnya nutrisi yang baik.
+ Tekankan perlunya mengevaluasi kesehatan dan menaati program terapeutik.
+ Diskusikan pembatasan natrium dan garam serta perlunya membaca label makanan/obat yang dijual bebas.
+ Dorong menjadwalkan aktivitas dengan periode istirahat adekuat.
+ Anjurkan pasien/orang terdekat melihat tanda/gejala yang perlu diberitahukan pada pemberi perawatan, contoh peningkatkan lingkar abdomen, penurunan/peningkatan berat badan cepat; meningkatkan edema perifer, peningkatan dispnea, demam, darah pada feses atau urine, perdarahan berlebihan dalam bentuk apapun, ikterik.
+ Instruksikan orang terdekat untuk memberitahu pemberi perawatan akan adanya bingung, tidak rapi, tidur berjalan, tremor, atau perubahan kepribadian.

Pelaksanaan
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi berupa pencatatan dan pelaporan ( Gafar La Ode Jumadi ).
Ada tiga fase implementasi keperawatan, yaitu :

1. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.
2. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau interdependen.
3. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

Evalusi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kemudahan atau kesulitan evaluasi dipengaruhi oleh kejelasan tujuan dan bisa tidaknya tujuan tersebut diukur.

0 komentar:

Posting Komentar

komen dong biar nambah info ku juga makasih

Laman

time

bagi.............ku

Seberapa kuat...................................................
dan.............................................................................
berharga pun kenangan ......................................................................suatu saat......................... pasti akan memudar

this day

dirly

dirly